KOK BISA SERING MERASA PERGI LAMA TAPI PULANG CEPAT DALAM PERJALANAN? INI ALASANNYA!
Berjalan di rute sama tapi mengapa berbeda waktu?
Perjalanan bagi setiap orang pada waktu masing-masing untuk menghilangkan penat. Berbagai macam aktivitas perjalanan seperti touring, travelling, liburan, iseng-iseng dan keperluan lain pasti semua pernah melakukannya. Menggunakan kendaraaan dan berkendara hingga sampai ke tempat yang dituju itu memang tujuan perjalanan.
Tetapi, hampir setiap orang merasa bahwa waktu berangkat terasa memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan waktu pulang yang terasa singkat. Istilah sederhananya adalah ‘perginya terasa lama namun pulangnya terasa cepat’ seperti itu. Entah hanya perasaan saja atau pendapat pribadi namun kenyataannya seperti itu.
Padahal ketika pergi dan pulang pun Kita memakai rute atau jalan yang sama. Mengapa? inilah yang dinamakan Return Trip Effect. Apa itu Return Trip Effect? efek perjalanan pulang yang dimana setiap orang punya perasaan bahwa waktu pergi lebih lama namun waktu pulang lebih cepat.
Tenang, ini bukan fenomena mistis, perbedaan ruang dan waktu atau apapun yang berkaitan dengan mesin waktu kok! ini hanya fenomena psikologis saat Kita sedang dalam perjalanan!
1. Waktu berpergian akan membuat Seseorang sibuk memperhatikan hal baru yang terasa asing
Ketika berpergian ke tempat baru, otak akan merekam segala hal yang baru di depannya pertama kali yakni ketika bepergian.
Lalu, ketika perjalanan pulang, otak akan menyadari bahwa hal baru saat berpergian tadi bukanlah hal yang sangat perlu diperhatikan lagi. Karena sudah tersimpan dalam memori otak. Inilah yang disebut dengan faktor familiaritas dalam perjalanan.
2. Rasa pesimis yang menganggap bahwa perjalanan pulang dan pergi akan sama saja waktunya
Sebuah penelitian dari Niels Van De Ven mengatakan bahwa terdapat a Violation of Expectation yang berarti bahwa “seseorang merasa durasi perjalanan berangkat dan pulang itu sama namun nyatanya terasa lebih singkat” yang di mana ini merupakan ekspektasi umum yang dalam perjalanan.
Biasanya tiap-tiap orang akan pesimis dan beranggapan bahwa waktu perjalanan pulang akan sama saja dengan waktu bepergian, namun nyatanya lebih cepat sih.
3. Ingin berangkat sampai tujuan dengan target tepat waktu namun tidak untuk pulang
Penelitian dari Richard A. Block, seorang psikolog dari Montana State University juga berpendapat bahwa Return Trip Effect muncul karena orang-orang yang bepergian ingin berangkat untuk tepat waktu sementara ketika pulang tidak demikian atau dengan kata lain dengan waktu dan tidak terikat.
Memang benar sih, karena berangkat biasanya lekat dengan tepat waktu dan terasa lama sekali. Biasanya menunggu itu pasti lama kan? apalagi dengan tujuan yang beragam terutama rasa kepentingan. Sementara pulang biasanya sih bebas-bebas aja mau jam berapapun juga.
4. Sibuk dan terfokus saat menemukan, melihat dan memperhatikan hal baru dalam keberangkatan
Misalnya, jika seseorang bepergian, maka Ia akan secara otomatis ‘sibuk’ fokus dengan rambu-rambu, arah, patokan, jalan, persimpangan dan lokasi menuju ke tempat tujuan.
Tetapi, jika Mereka pulang tidak perlu sibuk lagi memperhatikan hal-hal di sepanjang jalan lagi karena sudah terproses otomatis di otak. Jadi tidak menyibukkan diri harus fokus dan hanya pulang saja.
5. Antisipasi gangguan saat perjalanan pulang
Jika kita dalam perjalanan pergi tentunya terdapat rintangan seperti kemacetan, tidak tahu jalur, trek yang rusak, salah jalan dan gangguan apapun karena kita belum tahu.
Namun jika perjalanan pulang, kita bisa mengantisipasi dan tidak akan menghadapi hal-hal yang memakan waktu seperti itu.